top of page

Permintaan Tinggi Batu Bara: Bagaimana Komitmen Energi Bersih India dan Tiongkok?


India dan China (REUTERS/Damir Sagolj/File Photo)
India dan Tiongkok (REUTERS/Damir Sagolj/File Photo)

Batu Bara India dan Tiongkok

India dan Tiongkok, dua negara dengan perekonomian dan konsumen energi terbesar di dunia, bersiap untuk mempertahankan permintaan batu bara yang tinggi meskipun mereka memiliki target energi terbarukan yang ambisius. Tren ini, yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi, menempatkan kedua negara sebagai pemain kunci di pasar batubara global. Meskipun terdapat kemajuan menuju energi terbarukan, Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan adanya lonjakan konsumsi batu bara yang signifikan di kedua negara pada tahun 2025.

 

Minat Tiongkok terhadap Batu Bara Meningkat

Sebagai konsumen energi terbesar di dunia, konsumsi batu bara Tiongkok diperkirakan akan meningkat sepertiga pada tahun 2025, menurut IEA. Angka ini merupakan peningkatan besar dibandingkan tahun 2015 ketika konsumsi batu bara hanya menyumbang seperempat konsumsi energi negara. Khususnya, produksi batu bara Tiongkok mengalami pertumbuhan sebesar 2,9% dari bulan Januari hingga November 2023 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022, yang menunjukkan ketergantungan negara tersebut pada bahan bakar fosil.

 

Ekspansi Ekonomi India dan Meningkatnya Permintaan Energi

India, yang saat ini berada di peringkat ketiga dunia dalam hal konsumsi energi, juga siap berkontribusi terhadap permintaan batubara yang berkelanjutan. Pesatnya pertumbuhan perekonomian India diperkirakan akan mendorong peningkatan permintaan batu bara, minyak, dan gas alam. Para analis memperkirakan bahwa permintaan batubara global akan bertahan jika India dan Tiongkok mempertahankan pertumbuhan ekonomi mereka dalam dekade mendatang.

 

Konsumsi Batubara Global Mencapai Rekor Tertinggi

Data terbaru dari IEA mengungkapkan bahwa penggunaan batubara global diperkirakan akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2023, melampaui 8,5 miliar ton untuk pertama kalinya. Permintaan tersebut, yang sebagian besar berasal dari negara-negara berkembang seperti India, Tiongkok, dan Asia Tenggara, menggarisbawahi pentingnya batubara dalam lanskap energi global.

 

Tren Kontras di Amerika Serikat

Berbeda dengan peningkatan konsumsi batu bara di Tiongkok dan India, konsumsi batu bara di Amerika Serikat mengalami penurunan. Institute for Energy Economics and Financial Analysis melaporkan penurunan konsumsi batubara harian sebesar 62% dari 2,8 juta menjadi 1,1 juta ton. Pergeseran ini menyoroti beragamnya pola konsumsi energi global dan semakin berbedanya ketergantungan terhadap batu bara.

 

Tantangan Emisi Masih Ada

Meskipun Tiongkok dan India mengadopsi target energi terbarukan yang agresif, emisi karbon diperkirakan akan meningkat karena konsumsi batu bara yang besar. Fokus pada pengurangan emisi bergantung pada kedua negara ini, karena kedua negara tetap berperan penting dalam lanskap batubara global. Ron Thummel, Managing Director Tortoise Capital, menekankan pentingnya mengatasi emisi di Tiongkok dan India untuk mencapai tujuan lingkungan global.

 

Target Energi Terbarukan di Tengah Ketergantungan Batubara

India, misalnya, telah menetapkan target aspirasional untuk memperoleh 50% listriknya dari sumber terbarukan pada tahun 2030. Namun, kenyataannya 75% listrik India saat ini dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga batu bara, hal ini menunjukkan adanya tantangan dalam transisi ke energi terbarukan. campuran energi yang lebih bersih. Demikian pula, meski memimpin dalam ekspansi energi terbarukan, Tiongkok masih mengandalkan batu bara untuk 61% pembangkit listriknya.

 

Kesimpulan

Meskipun terdapat tujuan energi terbarukan yang ambisius, ketergantungan India dan Tiongkok yang terus berlanjut pada batu bara menunjukkan kompleksitas peralihan ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Meskipun kedua negara telah mencapai kemajuan dalam bidang energi terbarukan, tantangan terhadap keandalan energi dan besarnya skala ekonomi kedua negara menjadikan batu bara sebagai pengganti yang sangat diperlukan. Menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan energi, dan kelestarian lingkungan masih merupakan tugas yang sulit bagi negara-negara besar ini.

Comentários


bottom of page