top of page

Perjalanan Kelapa Sawit Menuju Emisi Bersih: Net-Zero dan Jejak Karbon yang Lebih Rendah





Industri kelapa sawit adalah salah satu kontributor deforestasi dan emisi gas rumah kaca.

Menurut theconversation.com, data menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit di lahan gambut berkontribusi antara 16,6% dan 27,9% dari total emisi gas rumah kaca dari Malaysia dan Indonesia. Hebatnya ini adalah antara 0,44% dan 0,74% dari emisi global tahunan.

Namun, industri ini semakin berupaya untuk mengurangi jejak karbonnya dan bergerak menuju masa depan dengan jumlah karbon yang seimbang.


Net zero adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keseimbangan antara jumlah gas rumah kaca yang dipancarkan dan jumlah yang dikeluarkan dari atmosfer. Ini berarti mencapai titik di mana emisi diimbangi dengan membuang karbon dioksida dalam jumlah yang sama dari atmosfer. Ini dapat dicapai dengan beberapa cara, termasuk penangkapan dan penyimpanan karbon, reboisasi, dan energi terbarukan.


Carbon footprint (jejak karbon) adalah proses pengukuran jumlah gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh suatu organisasi atau industri. Ini menghitung jumlah total karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya yang dipancarkan selama produksi, pemrosesan, dan transportasi suatu produk atau layanan. Jejak karbon adalah alat penting untuk mengukur dampak organisasi atau industri terhadap lingkungan dan mengidentifikasi peluang untuk mengurangi emisi.


Jejak karbon sangat penting bagi industri kelapa sawit untuk mengidentifikasi sumber utama emisi dan menerapkan strategi untuk menguranginya.


Menurut Efeca Briefing Note January 2022, penyumbang utama emisi gas rumah kaca pada industri kelapa sawit adalah perubahan penggunaan lahan (khususnya kelapa sawit yang ditanam di lahan gambut, drainase tanah gambut bertanggung jawab atas 52% emisi dalam siklus hidup kelapa sawit yang ditanam di perkebunan lahan gambut). Sumber emisi lain yang berkontribusi pada jejak karbon minyak sawit antara lain, input pertanian, pemrosesan, dan produksi air limbah dari limbah pabrik minyak sawit.

Salah satu cara untuk mengurangi emisi di industri kelapa sawit adalah dengan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan seperti:

  • melarang pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut, karena drainase tanah gambut merupakan sumber emisi yang signifikan,

  • menetapkan kebijakan bebas api,

  • meningkatkan kesehatan tanah dengan meminimalkan penggunaan pupuk dan pestisida,

  • melaksanakan program reboisasi dan

  • memanfaatkan sumber energi terbarukan dalam pengolahan dan transportasi.


Untuk memastikan bahwa praktik-praktik berkelanjutan ini diterapkan dengan benar di industri kelapa sawit, maka diberlakukanlah program sertifikasi. Program-program ini menyatakan bahwa industri memenuhi standar tertentu untuk produksi yang berkelanjutan. Dengan memperoleh sertifikasi, industri dapat menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan dan penggunaan lahan yang bertanggung jawab. Salah satu sertifikasi kelapa sawit adalah Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). RSPO adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk mempromosikan produksi minyak sawit berkelanjutan melalui sertifikasi dan standar keberlanjutan. Minyak sawit bersertifikasi RSPO diproduksi dengan lebih sedikit emisi gas rumah kaca dan lebih sedikit kerusakan lingkungan daripada minyak sawit non-sertifikasi.


Menurut nationalgrid.com, cara lain untuk mengurangi emisi di industri kelapa sawit adalah melalui penggunaan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS). Teknologi CCS menangkap karbon yang dipancarkan dari proses industri dan menyimpannya di bawah tanah, mencegahnya terlepas ke atmosfer. Penggunaan teknologi CCS di industri kelapa sawit akan secara signifikan mengurangi emisi dan membantu mencapai Net Zero Emission. Di sisi lain, banyak ahli menyatakan bahwa penggunaan CCS mahal dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai pengembangan komersial, dan satu-satunya cara untuk melakukan keberlanjutan untuk bumi dalam hal ini adalah dengan menggunakan energi terbarukan, seperti yang dikatakan Greg Bourne di bawah ini dalam artikel Climate Council:



Singkatnya, industri kelapa sawit memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan pengurangan emisi karbon sangat penting untuk mitigasi perubahan iklim. Menerapkan praktik berkelanjutan dan program sertifikasi seperti RSPO dan menggunakan teknologi CCS adalah beberapa strategi yang membantu mengurangi emisi dan mencapai Net Zero Emission di industri kelapa sawit, tetapi CCS diklasifikasikan sebagai solusi yang tidak layak untuk iklim karena masih memberlakukan penggalian dan pembakaran bahan bakar fosil. Dengan bekerja menuju masa depan Net Zero, industri kelapa sawit dapat memainkan peran kunci dalam mitigasi perubahan iklim dan mempromosikan kelestarian lingkungan.


Peterson dapat menjadi mitra tepercaya Anda dalam menavigasi lanskap standar keberlanjutan yang kompleks dan berkembang dengan membantu bisnis Anda dalam mencapai sertifikasi minyak sawit seperti RSPO, MSPO dll., dan juga sertifikasi karbon termasuk PAS 2060, ISO 14064-1, ISO 14064-2, UER, Plan Vivo, ISO 14001, dan ISO 50001. Tim ahli kami memiliki pengalaman luas dalam memberikan solusi pengelolaan lingkungan. Bersama Peterson, Anda dapat menunjukkan komitmen Anda untuk menjadi industri minyak sawit berkelanjutan, mengurangi jejak karbon, dan meningkatkan efisiensi operasional. Hubungi Peterson hari ini di marketing-indonesia@onepeterson.com.

Comments


bottom of page