top of page

Investasi Besar China dalam Transisi Energi: Memimpin Pergeseran Global dengan $676 Miliar



Energy Transition Investment by China

Investasi China dalam Transisi Energi

China telah memposisikan diri sebagai pemimpin global dalam transisi energi, dengan membuat langkah signifikan untuk mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil. Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mereformasi sektor energi, China telah melakukan investasi bersejarah sebesar $676 miliar (sekitar Rp 10 kuadriliun) dalam transisi energi. Investasi ini mewakili 38% dari total pengeluaran transisi energi dunia, menandai komitmen China terhadap masa depan yang berkelanjutan.


Tujuan Transisi Energi China

Pada 29 Agustus 2024, Administrasi Energi Nasional (NEA) China merilis buku putih yang menyoroti pencapaian dan rencana masa depan negara dalam sektor energi. Buku putih ini menguraikan dedikasi China untuk memajukan teknologi penyimpanan energi, mempromosikan konservasi energi, dan mendorong kerja sama energi hijau di bawah program Belt and Road Initiative (BRI). Kepala NEA Zhang Jianhua menekankan pentingnya melanjutkan reformasi sistem kelistrikan China dan menyerukan reformasi yang berorientasi pada pasar.


Investasi dan Kepemimpinan Global

Investasi China dalam transisi energi tidak tertandingi, dengan $676 miliar dialokasikan untuk berbagai inisiatif yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memperluas sumber energi terbarukan. Menurut BloombergNEF, investasi ini mencakup 38% dari total global, memperkuat posisi China sebagai pemimpin dalam transisi energi global.


Pencapaian Energi Terbarukan

China telah menetapkan target ambisius untuk memasang 1.200 gigawatt (GW) tenaga angin dan surya pada tahun 2030. Menariknya, negara ini berhasil mencapai target ini pada Juli 2024, enam tahun lebih awal dari jadwal. Perluasan energi terbarukan yang cepat ini menyoroti komitmen China untuk mencapai tujuannya dan berkontribusi pada upaya keberlanjutan global.


Tantangan dan Ambisi Masa Depan

Meskipun pencapaian signifikan ini, China menghadapi tantangan dalam mencapai tujuan energi dan lingkungan lainnya. Misalnya, negara ini bertujuan untuk mengurangi intensitas karbonnya sebesar 18% selama lima tahun hingga 2030. Untuk mencapai tujuan ini, China harus mengurangi emisi absolut sebesar 2% setiap tahun pada tahun 2024 dan 2025. Wakil Direktur Departemen Perencanaan NEA, Song Wen, menegaskan bahwa China tidak akan mengubah target puncak karbonnya, meskipun ada tantangan tersebut. Direktur Departemen Energi Baru NEA, Li Changjun, menambahkan bahwa China akan mempertimbangkan menetapkan tujuan energi terbarukan yang lebih ambisius berdasarkan kondisi nasional.


Penutup

Investasi besar China dalam transisi energi menegaskan perannya sebagai pemimpin global dalam memerangi perubahan iklim. Meskipun tantangan tetap ada, pencapaian awal China dalam mencapai target energi terbarukan dan reformasi berkelanjutan di sektor energi menandakan masa depan yang menjanjikan bagi negara tersebut dan dunia.

Comments


bottom of page