top of page

Indonesia dan Jepang Berkolaborasi dalam Energi Terbarukan untuk Mencapai Target Net Zero Emission pada AZEC (Asia Zero Emission Community)


AZEC

Kemitraan Strategis untuk Masa Depan yang Lebih Hijau

Indonesia dan Jepang telah memulai kemitraan penting dalam memajukan inisiatif energi terbarukan yang bertujuan untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE). Kerja sama ini diformalkan melalui Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia dengan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) Jepang, yang merupakan lembaga di bawah Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang.


Pertemuan AZEC Ministerial: Platform untuk Dekarbonisasi Global

MoU ini ditandatangani dalam pertemuan kedua Asia Zero Emission Community (AZEC) Ministerial Meeting yang diselenggarakan di Jakarta pada 21 Agustus 2024. Pertemuan ini mengumpulkan para menteri dari negara anggota AZEC, termasuk Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Kamboja, Laos, Brunei, dan Australia. Acara ini merupakan momen penting dalam perjalanan Asia menuju masa depan tanpa emisi, dengan Indonesia dan Jepang memainkan peran kunci.


Area Fokus Kemitraan Energi Indonesia-Jepang

Dalam MoU tersebut, Indonesia dan Jepang berkomitmen untuk mendorong dekarbonisasi di sektor energi dengan memanfaatkan sumber daya energi yang tersedia, mengadopsi teknologi energi bersih, serta meningkatkan efisiensi energi. Area fokus utama mencakup:

  1. Pengembangan Energi Terbarukan: Kedua negara akan mengembangkan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, air, angin, dan bioenergi (biomassa, biometana, dan biofuel).

  2. Produksi dan Rantai Pasok Hidrogen: Kemitraan ini akan fokus pada produksi hidrogen dan pembentukan rantai pasokannya.

  3. Teknologi Konservasi Energi: Indonesia dan Jepang akan bekerja sama untuk mengoptimalkan teknologi konservasi energi, termasuk pembangkit listrik hibrida berbasis surya dan diesel, pompa panas, dan sistem cogeneration waste heat to power (WHP).

  4. Elektrifikasi di Sektor Industri: Kolaborasi ini juga mencakup teknologi elektrifikasi di sektor industri, pengembangan teknologi jaringan pintar, dan manajemen sisi permintaan.

  5. Model Energy Services Company (ESCO): Pengembangan model ESCO, yang meningkatkan nilai tambah batu bara untuk keperluan industri dan pengelolaan limbah dalam pengolahan mineral kritis, juga menjadi bagian dari kerja sama ini.


Peran dan Dampak NEDO di Indonesia

NEDO, sebagai akselerator inovasi teknologi, fokus pada menghadapi tantangan energi dan lingkungan global. Salah satu proyeknya yang menonjol di Indonesia adalah pengembangan unit produksi hidrogen pertama dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong Binary dengan kapasitas 500 kilowatt (kW). NEDO juga mendukung proyek demonstrasi Energy Management System (EMS) di Nunukan, Pulau Sebatik, yang mengintegrasikan pembangkit listrik tenaga surya, biomassa, gas, dan diesel.


Hasil Pertemuan AZEC Ministerial dan Inisiatif Masa Depan

Pertemuan kedua AZEC Ministerial menghasilkan beberapa hasil penting, termasuk AZEC Ministerial Joint Statement, publikasi 70 MoU untuk proyek-proyek AZEC baru (dengan 30 proyek dipimpin oleh Indonesia), dan peluncuran Asian Zero Emission Center. Inisiatif-inisiatif ini diharapkan mendorong investasi dan kolaborasi yang substansial dalam upaya dekarbonisasi di seluruh wilayah.


Penutup: Menapaki Jalan Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Kemitraan antara Indonesia dan Jepang merupakan bukti visi bersama mereka dalam menghadapi perubahan iklim melalui teknologi bersih dan efisiensi energi. Inisiatif yang diluncurkan selama pertemuan AZEC Ministerial menandai langkah maju yang signifikan dalam mencapai emisi nol bersih dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Asia.

Comments


bottom of page