2 Februari: Hari Lahan Basah Sedunia!
Setiap tanggal 2 Februari, komunitas global bersatu untuk memperingati Hari Lahan Basah Sedunia, mengakui peran penting lahan basah dalam menjaga keanekaragaman hayati dan kesejahteraan manusia di bumi. Acara tahunan ini berawal dari Konvensi Lahan Basah yang bersejarah, yang ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1971, yang menandai perjanjian lingkungan hidup multilateral global modern pertama di dunia. Saat ini, dengan 172 negara sebagai anggotanya, Konvensi ini terus memperjuangkan tujuan konservasi lahan basah, yang mengarah pada penetapan Hari Lahan Basah Sedunia pada tahun 1997.
Pentingnya Lahan Basah:
Tema Hari Lahan Basah Sedunia tahun 2024, “Lahan Basah dan Kesejahteraan Manusia,” menggarisbawahi hubungan mendalam antara lahan basah dan kehidupan kita sehari-hari. Lahan basah, mulai dari danau dan sungai hingga hutan bakau dan terumbu karang, sangat penting dalam melestarikan beragam spesies tumbuhan dan hewan, berperan sebagai sumber air, pemurni, pelindung pantai, dan penyerap karbon yang signifikan.
Kondisi Lahan Basah yang Rapuh:
Meskipun mempunyai fungsi penting, lahan basah menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana 35% lahan basah menghilang sejak tahun 1970an—tiga kali lebih cepat dibandingkan hutan. Menyadari masalah mendesak ini, Dekade Restorasi Ekosistem PBB, dari tahun 2021 hingga 2030, menyerukan upaya kolektif untuk membalikkan penurunan dan melindungi ekosistem yang sangat berharga ini.
Pesan Utama Kampanye untuk tahun 2024:
Hari Lahan Basah Sedunia 2024 berfokus pada hubungan tak terpisahkan antara kesejahteraan manusia dan kondisi lahan basah di dunia. Berinvestasi dalam pemanfaatan lahan basah berkelanjutan merupakan investasi di masa depan, yang memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya bagi kota dan penduduknya. Restorasi lahan basah sangat penting untuk mengatasi krisis iklim dan keanekaragaman hayati dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Fungsi Vital Lahan Basah:
Lahan basah berfungsi sebagai sumber air, pelindung pantai, dan penyerap karbon penting, serta mendukung kegiatan pertanian dan perikanan. Peran mereka sebagai pemurni alami sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, menyediakan air bersih untuk dikonsumsi dan berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat.
Lahan Basah sebagai Sumber Kemakmuran:
Ekosistem ini sering kali menggerakkan perekonomian lokal, dan pemanfaatan yang bijaksana secara bersamaan dapat mengurangi tren penurunan lahan basah, mengentaskan kemiskinan, dan mengatasi kesenjangan sosial. Air bersih yang cukup dan sumber makanan yang melimpah sangat penting bagi pengelolaan lahan basah yang efektif.
Mengurangi Kerentanan Bencana:
Lahan basah sangat penting dalam mitigasi dampak bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Mengingat sekitar 90% bencana berkaitan dengan air, restorasi dan rehabilitasi lahan basah menjadi hal mendasar dalam mengurangi kerentanan terhadap bencana.
Penyimpanan Karbon dan Keanekaragaman Hayati:
Melestarikan dan memulihkan lahan basah berkontribusi terhadap penyimpanan karbon yang penting, mengurangi emisi, dan meningkatkan kemampuan kita untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Lahan basah juga mendukung kekayaan keanekaragaman hayati, sehingga tindakan kolektif menjadi penting untuk membalikkan penurunan yang terjadi sejak tahun 1970an.
Lahan Gambut Indonesia
Lahan gambut merupakan salah satu jenis lahan basah. Indonesia menduduki peringkat kedua dengan luas lahan gambut terluas yaitu mencapai 22,5 juta hektar, hanya tertinggal dari Brasil yang luasnya 31,1 juta hektar. Di Indonesia, khususnya lahan gambut di Sumatera, miliaran ton karbon (karbon bawah tanah) telah hilang. Data BRGM tahun 2022 menunjukkan 83,4 persen lahan gambut di Indonesia telah rusak. Sebanyak 5,2 persen (atau 1,26 juta hektar) berada dalam kondisi rusak parah dan parah. Kerugian ini disebabkan oleh konversi lahan gambut menjadi lahan pertanian dan perkebunan serta bencana kebakaran lahan gambut dan hutan yang akan terjadi berulang kali pada tahun 2023. Di Sumatera dan Kalimantan, hanya tersisa 7 persen lahan gambut asli. Sisa lahannya telah tercemar oleh industri ekstraktif, terutama perkebunan kelapa sawit. Berkurangnya lahan gambut dan cadangan karbon di Pulau Sumatera tidak hanya menimbulkan kerugian fisik yang signifikan namun juga mengakibatkan hilangnya manfaat lain seperti pengendalian banjir, cadangan air bersih, pencegahan intrusi air asin, penyediaan sumber daya alam dan dukungan terhadap keanekaragaman hayati.
Mengambil Tindakan pada Hari Lahan Basah Sedunia:
Partisipasi aktif didorong melalui kampanye media sosial, acara komunitas, dan inisiatif pendidikan. Setiap individu dapat memperkuat pesan mereka secara global dengan menggunakan hashtag seperti #WWD2024, #WetlandsandHumanWellbeing, dan #WetlandsandPeople. Pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah setempat, sangat penting untuk konservasi lahan basah, dengan kunjungan lapangan dan kompetisi kreatif yang melibatkan siswa dalam mengapresiasi keindahan dan pentingnya lahan basah.
Mendukung Kelestarian Lahan Basah Setiap Hari:
Selain Hari Lahan Basah Sedunia, dukungan berkelanjutan sangatlah penting. Setiap individu didesak untuk mengedukasi diri mereka sendiri dan orang lain, membuat pilihan yang sadar lingkungan dan berpartisipasi aktif dalam proyek restorasi lahan basah. Advokasi di tingkat lokal, negara bagian, dan nasional sangat penting untuk berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dan upaya aksi iklim.
Kesimpulan:
Hari Lahan Basah Sedunia tahun 2024 berfungsi sebagai pengingat kuat bahwa pelestarian lahan basah sangat terkait dengan kesejahteraan umat manusia. Melalui tindakan kolektif dan komitmen bersama, kita dapat memastikan pelestarian ekosistem yang sangat berharga ini, menjaga warisan alam yang berkelanjutan untuk generasi mendatang. Lahan basah bukan hanya bagian dari planet kita; mereka adalah penyelamat bagi kita semua, dan dengan merayakan keberagaman mereka, kita merayakan kehidupan, sumber daya alam, dan kesejahteraan manusia.
Comments