top of page

Emisi Karbon Tiongkok Menuju Penurunan Struktural


Perspektif dari atas menunjukkan kemajuan di lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Jiangxia, yang merupakan fasilitas pembangkit listrik tenaga pasang surut terbesar keempat di dunia. Terletak di Wenling, Kota Taizhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, situs ini tidak hanya mengakomodasi infrastruktur pembangkit listrik tenaga pasang surut tetapi juga menampung instalasi pembangkit listrik tenaga surya PV. Kredit foto: Liu Zhenqing/VCG melalui Getty Images.
Perspektif dari atas menunjukkan kemajuan di lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Jiangxia, yang merupakan fasilitas pembangkit listrik tenaga pasang surut terbesar keempat di dunia. Terletak di Wenling, Kota Taizhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, situs ini tidak hanya mengakomodasi infrastruktur pembangkit listrik tenaga pasang surut tetapi juga menampung instalasi pembangkit listrik tenaga surya PV. Kredit foto: Liu Zhenqing/VCG melalui Getty Images.

Dalam perkembangan yang inovatif dan revolusioner, Tiongkok, yang diakui secara internasional sebagai negara yang paling mengenakan pajak lingkungan hidup di dunia, siap untuk mengalami penurunan struktural emisi karbon yang substansial dan transformatif mulai tahun depan. Pergeseran besar ini terjadi seiring dengan lonjakan investasi energi ramah lingkungan yang belum pernah terjadi sebelumnya, peningkatan yang secara cermat ditemukan dan dibedah oleh para peneliti di Carbon Brief.


Titik Balik Puncak Emisi Karbon Tiongkok di 2023

Emisi karbon Tiongkok, yang seringkali menjadi perhatian global, diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun ini, menandai momen penting sebelum memulai penurunan struktural yang diproyeksikan akan dimulai pada tahun 2024. Transisi signifikan ini menyusul lonjakan investasi untuk mendorong sumber energi ramah lingkungan yang mencapai rekor tertinggi. Pergeseran ini, yang dianalisis dan diramalkan oleh para ahli, menandakan titik balik bersejarah dalam komitmen Tiongkok terhadap masa depan yang lebih hijau.


Kebangkitan Pasca-COVID dan Investasi Ramah Lingkungan

Meningkatnya emisi karbon di negara paling berpolusi di dunia pada tahun ini terutama disebabkan oleh keputusan strategis Tiongkok untuk mencabut pembatasan COVID-19 pada bulan Januari. Namun, peningkatan permintaan bahan bakar fosil ini secara paradoks terjadi bersamaan dengan perluasan sumber energi rendah karbon yang bersejarah dan besar-besaran di dalam negeri. Ekspansi ini melampaui target kebijakan pemerintah dan ekspektasi industri, sehingga menunjukkan dedikasi yang patut dipuji terhadap kelestarian lingkungan.


Melampaui Target Energi Matahari dan Angin

Target ambisius Beijing untuk instalasi energi surya dan angin pada tahun ini telah terpenuhi dan terlampaui pada bulan September, yang menunjukkan pencapaian yang luar biasa. Prestasi ini juga tercermin di pasar kendaraan listrik, melampaui target yang ditetapkan pemerintah yaitu 20% pangsa pasar pada tahun 2025. Lauri Myllyvirta, analis terkemuka dari Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih, dengan yakin memperkirakan bahwa pencapaian luar biasa ini pasti akan menjadi katalisator. penurunan nyata dalam pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan konsekuensi emisi CO2 pada tahun 2024.


Pertumbuhan Luar Biasa dalam Energi Surya

Lonjakan paling penting dalam lanskap energi di negara ini terjadi pada energi surya, dengan peningkatan instalasi sebesar 210 gigawatt (GW) yang menakjubkan pada tahun ini saja. Statistik ini meningkatkan total kapasitas tenaga surya di Amerika Serikat menjadi dua kali lipat dan penambahan kapasitas tenaga surya sebesar empat kali lipat di Tiongkok pada tahun 2020, sehingga memperkuat posisinya sebagai pemimpin global dalam penerapan energi berkelanjutan. Pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menegaskan komitmen Tiongkok untuk menjadi yang terdepan dalam revolusi energi terbarukan.


Dominasi Tenaga Angin

Komitmen Tiongkok terhadap masa depan berkelanjutan semakin ditegaskan dengan penambahan pembangkit listrik tenaga angin sebesar 70 GW pada tahun ini, melampaui seluruh kapasitas pembangkit listrik di Inggris. Selain itu, pemerintah siap untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga air sebesar 7 GW dan kapasitas pembangkit listrik tenaga nuklir sebesar 3 GW dalam jangka waktu yang sama. Diversifikasi sumber energi ramah lingkungan ini menunjukkan strategi komprehensif untuk mengurangi ketergantungan pada energi tradisional yang menimbulkan polusi.

Ekspansi Energi Lingkungan Melampaui Permintaan


Myllyvirta dengan cerdik menyatakan bahwa lonjakan nyata dalam pembangkitan energi ramah lingkungan berpotensi menjadi katalis bagi penurunan emisi karbon di Tiongkok, yang dimulai pada awal tahun depan. Kejadian penting ini menandai contoh pertama di mana perluasan energi rendah karbon tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik secara memadai namun juga melampaui rata-rata peningkatan tahunan permintaan listrik Tiongkok secara keseluruhan. Pencapaian yang berlebihan ini merupakan bukti upaya gigih yang dilakukan pemerintah Tiongkok untuk menyelaraskan produksi energinya dengan aspirasi lingkungan hidup global.


Kontradiksi Kapasitas Batubara

Paradoksnya, meskipun terdapat 136 GW pembangkit listrik tenaga batubara yang sedang dibangun dan tambahan 99 GW dengan izin perencanaan pada bulan Juni, 25 GW telah mendapat izin sejak saat itu. Kontradiksi yang mencolok ini menimbulkan keheranan karena bertentangan dengan komitmen teguh Presiden Xi Jinping untuk “mengendalikan secara ketat proyek-proyek pembangkit listrik tenaga batu bara baru.” Disonansi dalam implementasi kebijakan ini menggarisbawahi kompleksitas yang dihadapi Tiongkok dalam menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.


Tenaga Batubara Puncak dan Perlambatan

Perkiraan masa depan Tiongkok menetapkan bahwa kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara akan mencapai puncaknya yaitu sebesar 1.370 GW pada tahun 2030. Proyeksi ini memerlukan penghentian segera izin pembangkit listrik tenaga batubara baru atau percepatan rencana penutupan pembangkit listrik tenaga batubara yang sudah ada dan yang direncanakan, yang selaras dengan rencana Tiongkok. tujuan lingkungan yang ambisius. Namun, target ambisius ini memerlukan langkah-langkah ketat yang harus segera dilaksanakan guna mengurangi potensi kemunduran lingkungan.

 

Transisi Energi Global

Temuan-temuan mendalam ini tidak hanya memperkuat namun juga memperkuat prediksi para ahli energi yang berpendapat bahwa emisi pembangkit listrik global akan mencapai puncaknya tahun ini, dengan peningkatan emisi energi secara keseluruhan diperkirakan akan terjadi pada tahun mendatang. Laporan terbaru dari lembaga pemikir iklim Ember dan Badan Energi Internasional dengan tegas menegaskan bahwa pertumbuhan pesat energi terbarukan mendekati tingkat yang diperlukan untuk melipatgandakan kapasitas pada akhir dekade ini, sejalan dengan target iklim global yang ambisius. Transisi global menuju sumber energi berkelanjutan menandakan komitmen kolektif untuk memitigasi dampak perubahan iklim.


Kesimpulannya, revolusi hijau di Tiongkok tampaknya sudah berada di ujung tanduk, dengan adanya perubahan paradigma dalam produksi energi yang membuka jalan bagi pengurangan emisi karbon secara signifikan. Upaya penting ini tidak dapat disangkal sejalan dengan dan memperkuat upaya global untuk memerangi perubahan iklim dan mendorong masa depan yang lebih hijau bagi generasi mendatang. Dunia menyaksikan Tiongkok, pemain penting dalam iklim global, melangkah menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Comments


bottom of page