Keisuke Sadamori, Direktur Pasar dan Keamanan Energi di Badan Energi Internasional (IEA), telah menyatakan bahwa dunia mendekati puncak konsumsi bahan bakar fosil, dengan batu bara menjadi yang pertama menurun. Penting untuk dicatat bahwa Asia sendiri menyumbang 70% dari konsumsi batubara global, dan tiga negara penghasil batubara terbesar - China, India, dan Indonesia - mencatat rekor produksi pada tahun 2022. Mengingat batubara merupakan sumber daya tak terbarukan dan pasokannya rantai menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang signifikan, banyak negara berkomitmen untuk mencapai emisi net-zero pada tahun 2050. Namun, penghentian batubara secara bertahap kemungkinan akan menciptakan permintaan untuk bioenergi yang dihasilkan oleh biomassa.
Biomassa bersumber dari bahan organik seperti pohon, tanaman, dan limbah pertanian atau perkotaan. Ini dapat digunakan untuk pemanas, pembangkit listrik, dan bahan bakar transportasi. Memproduksi, mengolah, dan memanfaatkan biomassa untuk energi secara berkelanjutan dan efisien sangat penting untuk mengoptimalkan penghematan GRK dan memelihara jasa ekosistem. Untuk mencapai tujuan ini, Feed-in Tariff (FiT) telah menjadi model bahan bakar rendah karbon dengan serangkaian kriteria keberlanjutannya sendiri, termasuk memastikan pertimbangan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), mempertahankan rantai pasokan yang aman, dan ketiga -verifikasi pihak. FiT telah menyetujui beberapa pembaruan biomassa sebagai model keberlanjutan dalam bahan bakar rendah karbon. Pembaruan termasuk persetujuan bahan bakar biomassa "baru" dan skema sertifikasi.
Biomass update 2023:
Kesimpulannya, dengan menurunnya konsumsi batubara, ada peningkatan kebutuhan akan bioenergi yang dihasilkan dari biomassa yang berkelanjutan dan efisien. Feed-in Tariff (FiT) telah menetapkan kriteria keberlanjutannya sendiri untuk bahan bakar rendah karbon, termasuk verifikasi pihak ketiga dan memastikan kepedulian lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Beberapa pembaruan biomassa, termasuk bahan bakar biomassa "baru" dan skema sertifikasi, telah disetujui oleh FiT sebagai model keberlanjutan dalam bahan bakar rendah karbon. Namun, masih diperlukan evaluasi risiko bahan bakar biomassa terkait persaingan pangan dan perubahan penggunaan lahan. Dengan memanfaatkan biomassa bersertifikasi, negara-negara dapat mencapai tujuan mereka untuk menghapus batubara sambil mempertahankan sumber energi yang berkelanjutan dan sadar lingkungan.
Mencari mitra terpercaya untuk mencapai sertifikasi bisnis Anda di bidang biomassa? Di mana lagi selain di Peterson! Dengan keahlian dan pengalaman kami, kami dapat membantu Anda mendapatkan sertifikasi yang diperlukan yang disetujui oleh FiT, seperti RSPO, MSPO, FSC, PEFC, SBP, RSB, GGL, dan ISCC. Tim profesional kami siap membantu Anda melalui proses sertifikasi yang rumit dan memastikan bahwa bisnis Anda memenuhi semua kriteria keberlanjutan yang diperlukan. Hubungi kami hari ini di marketing-indonesia@onepeterson.com untuk memulai perjalanan Anda menuju masa depan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan biomassa bersertifikat.
Comments