Biodiesel di Indonesia berasal dari minyak sawit. Minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar nabati pionir yang digunakan di Indonesia dibandingkan dengan bahan bakar nabati lainnya seperti jarak pagar, minyak limbah, minyak jarak, atau minyak kemiri. Karena sifatnya yang terbarukan, bahan bakar nabati seperti minyak sawit harus dilestarikan untuk memastikan keberlanjutannya. Transformasi bahan bakar fosil ke biodiesel di Indonesia membutuhkan adaptasi. Proses ini didukung oleh program pemerintah yang dikenal dengan kebijakan mandatori biodiesel. Ditetapkan bahwa penggunaan bahan bakar nabati campuran dengan solar (solar) akan ditingkatkan secara bertahap.
Ketika campuran solar mengandung 35% biofuel, itu disebut B35 (biodiesel dengan kandungan 35% bahan bakar nabati). Program B35 telah diwajibkan di Indonesia sejak Februari 2023 dan akan dilaksanakan secara penuh pada Agustus 2023. Program berikutnya, B40, saat ini sedang diuji coba dan diharapkan hasilnya pada Januari 2024.
Menurut infosawit.com, mengganti bahan bakar fosil dengan biodiesel merupakan upaya strategis untuk mendorong penggunaan energi terbarukan di Indonesia. Hal itu bertujuan untuk mengurangi pengeluaran devisa akibat penurunan impor solar, meningkatkan nilai tambah minyak sawit mentah (CPO), menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Program B35 diproyeksikan dapat menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 1.653.974 orang dan mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 34,9 juta ton CO2e.
Aspirasi tersebut dapat diproyeksikan melalui data penggunaan biodiesel di Indonesia pada tahun 2023. Hingga 25 Juni, Indonesia telah mengonsumsi 5,2 juta kiloliter biodiesel dari alokasi 13,15 juta kiloliter untuk tahun ini. Untuk mempertahankan capaian strategis tersebut, produksi minyak sawit harus ditingkatkan. Peningkatan produksi minyak sawit di Indonesia diperlukan untuk mencegah potensi kelangkaan pasokan akibat kondisi cuaca buruk yang terkait dengan tanda-tanda awal fenomena El Niño. Kegagalan untuk meningkatkan produksi minyak sawit akan mengakibatkan penurunan pasokan global, yang menyebabkan kenaikan harga tahun ini.
Informasi tambahan: Harga minyak sawit di Indonesia berkisar antara $747,23/t dari tanggal 1-15 Juli, naik dari harga sebelumnya $723,45/t. Malaysia juga mengalami kenaikan harga minyak sawit mencapai $804,45/t. Untuk menjaga stabilitas harga, Malaysia mengurangi ekspor minyak sawit sebesar 4,5% dari 1-25 Juni, sementara Intertek Testing Services melaporkan penurunan sebesar 8,7% dibandingkan periode yang sama di bulan Mei.
Комментарии