Dampak Iklim Perang di Gaza
Para pemimpin berkumpul di Dubai untuk menghadiri COP28, pertemuan puncak tahunan PBB yang membahas dampak perubahan iklim, sebuah narasi yang menghancurkan terjadi di 2.400 km ke arah barat yaitu dampak iklim perang Gaza. Selain jumlah korban jiwa yang sangat memilukan, para ahli semakin khawatir mengenai dampak lingkungan dari konflik ini dan potensinya melemahkan kemampuan Gaza dalam memerangi perubahan iklim. Artikel ini menggali lebih dalam tujuh bukti menarik, menyoroti bagaimana kampanye pengeboman tidak hanya merupakan kejahatan perang tetapi juga menimbulkan ancaman besar terhadap ketahanan iklim di wilayah tersebut.
1. Cengkeraman Polusi Udara Beracun
Konflik yang tak henti-hentinya telah menimbulkan gelombang kehancuran, memenuhi udara Gaza dengan asap beracun dari bangunan-bangunan yang terbakar dan sisa-sisa manusia. Nada Majdalani, direktur EcoPeace Timur Tengah, menggambarkan situasi ini sebagai bencana besar, dan menyatakan bahwa “setiap aspek lingkungan Gaza telah dilenyapkan.” Polusi udara yang meluas ini tidak hanya menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan penduduk Gaza namun juga secara signifikan memperburuk tantangan kawasan dalam memerangi perubahan iklim.
2. Kehancuran Tenaga Surya: Kemunduran Adaptasi Iklim
Setelah mengalami blokade selama 16 tahun, Gaza beralih ke energi surya untuk memenuhi kebutuhan listriknya, dengan sekitar 60% energinya bersumber dari tenaga surya. Namun, pengeboman sengaja menargetkan dan menghancurkan ribuan bangunan, banyak di antaranya dilengkapi panel surya. Tindakan destruktif ini tidak hanya membahayakan kesejahteraan penduduk tetapi juga melemahkan upaya terpuji Gaza dalam adaptasi iklim dan upaya mencapai energi bersih.
3. Penyakit yang Ditularkan Melalui Air Meningkat
Jenazah yang membusuk dan persediaan air yang terkontaminasi bagaikan bom waktu yang siap memicu penyebaran penyakit. Penghancuran 44% fasilitas gas, air, dan sanitasi di Gaza selama perang semakin meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air. Saat hujan musim dingin semakin dekat, potensi air limbah bercampur dengan air hujan menimbulkan ancaman tambahan terhadap kesehatan masyarakat, dengan kolera dan penyakit menular lainnya yang ditularkan melalui air.
4. Masalah Limbah Berbahaya
Bahkan sebelum konflik saat ini, Gaza bergulat dengan infrastruktur sanitasi yang tidak memadai, yang menyebabkan pembuangan limbah yang tidak diolah ke laut. Penutupan total instalasi pengolahan air limbah karena blokade memperburuk krisis ini, dengan melepaskan sejumlah besar limbah yang tidak diolah ke Mediterania. Dengan kehancuran yang diakibatkan oleh perang yang sedang berlangsung, akumulasi puing-puing dan limbah menyumbat saluran pembuangan, menciptakan kondisi yang kondusif bagi genangan air dan meningkatkan risiko penularan penyakit.
5. Teka-Teki Bahan Bakar Fosil: Emisi Karbon Besar-besaran
Skala konflik yang besar memerlukan bahan bakar fosil dalam jumlah besar, sehingga berkontribusi terhadap emisi karbon yang berlebihan. Laporan awal menunjukkan bahwa 25.000 ton amunisi dijatuhkan di Gaza pada minggu-minggu awal perang, yang menyebabkan emisi karbon setara dengan penggunaan energi tahunan di ribuan rumah atau emisi ribuan kendaraan penumpang. Ketergantungan militer yang besar pada bahan bakar fosil semakin menambah emisi global, dan diperkirakan menyumbang sekitar 5,5%.
6. Ancaman Hujan Asam: Akibat Penggunaan Senjata
Tuduhan penggunakan amunisi fosfor putih meningkatkan kekhawatiran mengenai polusi atmosfer. Saat Gaza memasuki musim hujan, muncul kekhawatiran bahwa hujan tersebut dapat berubah menjadi hujan asam yang terkontaminasi fosfor putih. Hal ini menimbulkan risiko langsung bagi masyarakat yang bergantung pada pengumpulan air hujan untuk minum, sehingga memperparah permasalahan kelangkaan air yang sudah ada di wilayah tersebut.
7. Pembangunan Kembali di Tengah Emisi: Dampak Lingkungan yang Berkelanjutan
Reproduksi kawasan yang hancur menghasilkan emisi yang signifikan, terutama dalam produksi beton dan semen. Penghancuran bangunan tempat tinggal dan non-tempat tinggal selama perang dapat mengakibatkan 5,8 juta ton emisi karbon. Hal ini tidak hanya menambah dampak langsung terhadap lingkungan hidup dari konflik tersebut namun juga berkontribusi terhadap krisis iklim yang lebih luas, yang menggarisbawahi keterkaitan antara konflik bersenjata dan tantangan lingkungan hidup global.
Kesimpulan
Perang Israel-Hamas di Gaza bukan hanya krisis kemanusiaan namun juga bencana lingkungan yang sedang berlangsung. Bukti yang disajikan tidak hanya menggarisbawahi dampak langsung dan jangka panjang konflik terhadap lingkungan Gaza, namun juga menyoroti kebutuhan mendesak bagi komunitas internasional untuk mengatasi aspek kemanusiaan dan lingkungan hidup setelah konflik yang menghancurkan ini. Menyeimbangkan skala antara upaya bantuan segera dan pembangunan kembali yang berkelanjutan adalah hal yang sangat penting untuk memastikan masa depan yang berketahanan dan berkelanjutan bagi Gaza dan wilayah yang lebih luas.
Commentaires